Monday, August 27, 2018

Batman V Superman : Dawn of Martha


"...deep down, Clark is a good person. Deep down, i am not" -- (Batman about Superman in Hush, 2003)



Tau ga siapa sebenarnya the real villain di balik amburadulnya DCEU? WARNER BROS! fuck you Warner Bros! Kalo seandainya mereka ga rakus duit, ga terlalu sibuk ngejar ketinggalan dengan Marvel, gw yakin deh DCEU bisa jauh lebih bagus dari MCU. Karena karakter superhero DC comics buat gw pribadi jauh meaningful dan ikonik. Karakter superhero DC itu lebih dari sekedar superhero biasa tapi merupakan personifikasi dari human archetype yang ada pada alam ketidak sadaran manusia. Tapi pada akhirnya it's all about the money, money, money.

All ranting aside, tulisan gw kali ini mau ngebahas tentang Batman v Superman : Dawn of Justice. Emang agak telat sih gw mau ngebahas sekarang karena nih film keluar tahun 2016, tapi gak apa-apa lah ya. Film kedua dari DCEU ini menuai banyak kritik negatif. Situs rotten tomato aja cuma ngasih rating 27% dengan audience score 63%. Kayaknya cukup banyak orang yang benci nih film ya.

Apa sih yang menjadi kritik film ini? ada beberapa alasan. Pertama, penonton menganggap kalo film ini kepanjangan durasinya. Mungkin durasi film panjang ga bakal jadi masalah kalo alur ceritanya ga ngebosenin. Kedua, Zack Snyder terlihat kurang menghormati source material dalam visinya menciptakan karakter superhero di DCEU ini. Di mulai dari karakter Superman yang ngebunuh Zod di Man of Steel. Pada Batman v Superman, kita ngeliat Batman yang ga segan-segan ngebunuh lawannya. Padahal fans berat Batman (kayak gw) tau kalo Batman punya namanya no killing code, dimana Batman bersumpah ga bakal mencabut nyawa manusia sejahat apapun manusia itu. Ketiga, the infamous Martha scene. Yup we had to go there, didn't we? (oh man it's going to hurt). Ini scene yang ngebuat internet jadi kesetanan. Semuanya pada bilang kalo ini the most ridiculous scene in movie history. Sampe banyak dibuat meme di 9gag, wkwkwk. Kalo temen-temen lupa, singkatnya Martha scene adalah scene dimana Batman udah hampir mau melenyapkan Superman dari muka bumi tapi ga jadi gara-gara si Superman bilang ke Batman : "Save Martha...", yang akhirnya Batman dikasih tau oleh Lois Lane kalo Martha itu adalah nyokapnya si Superman. Yup what a plot twist! Lain kali kalo ada yang mau ngebunuh lu, lu cari tau dulu namanya nyokapnya terus bilang ke dia nama nyokap kita sama wkwkwkw. Masih banyak lagi kritik yang diberikan buat nih film tapi gw ga bakal bahas lebih lanjut karena kepanjangan.

Ini scene dari prequelnya, Batman v Superman : Dawn of kindergarten

Dalam tulisan gw kali ini gw mau fokus sama kritik kedua dan ketiga, yaitu murderous Batman dan Martha scene. Gw jadi inget pas pertama kali gw nonton nih film gw kecewa berat. Kenapa Batman yang ini ga punya no killing code? sangat berbeda dengan Batman yang selama ini gw tahu dan sayangi. Tapi setelah menonton beberapa pembahasan tentang nih film di youtube gw jadi ngeliat kalo film ini sebenarnya jenius dan punya makna tersembunyi. Menurut gw ini film terbagus di DCEU setelah Wonder Woman (wah tuh film sih masterpiece banget!). Mari kita bahas lebih dalam.

Batman "maennya" kasar juga ya..


Untuk bisa mengerti film ini, kita harus bisa menyadari terlebih dahulu karakter Batman seperti apa yang disuguhkan oleh Zack Snyder. Berbeda dari inkarnasi Batman di layar kaca sebelumnya, karakter Batman yang ditawarkan oleh Zack Snyder adalah karakter Batman yang lebih tua, lebih dingin, lebih sinis dan lebih brutal. Hal ini bisa dilihat dari perilaku Batman yang ga segan-segan menggunakan senjata api dan criminal branding. Kriminal yang sudah dibrand oleh Batman pasti bakal dibunuh di penjara oleh napi lain.

Batman yang ada di DCEU adalah Batman yang sudah menyaksikan kejahatan yang sangat besar dalam hidupnya. Versi Batman yang ini terinspirasi dari karakter Batman di komik The Dark Knight Returns. Dikomik itu juga versi Batman yang ditampilkan sama persis sama Batmannya abang Ben. Nah, apa yang membuat Batman seperti itu? kalo merujuk pada petunjuk yang ada di film, Batman menjadi lebih garang karena kematian Robin.



Bisa temen-temen liat kalo jubah yang sedang dilihat sama Bruce Wayne adalah jubanya Robin. Zack Snyder tampaknya juga mengambil inspirasi dari komik Death of the Family, yang mana di komik tersebut memang Robin mati dibunuh oleh Joker. Robin yang mati di komik itu namanya Jason Todd (sejauh ini ada 4 orang yang udah jadi Robin, pertama Dick Grayson, Jason Todd, Tim Drake dan Damian Wayne). Dalam komik Death of the Family tersebut diceritakan bagaimana Bruce Wayne sangat terpukul atas kematian Jason Todd. Karena kalo temen-temen tahu, kematian Jason Todd adalah salah satu kematian yang cukup jahat dalam sejarah komik. Intinya, Jason Todd mati dipukul pake crowbar sama Joker kemudian ditinggal di dalem gedung yang kemudian diledakin. Temen-temen harus paham bahwa Bruce Wayne adalah individu yang sangat sentimental. Bruce Wayne menganggap semua Robin yang dia latih sebagai anaknya sendiri. Bruce merasa memiliki koneksi yang sangat dekat dengan semua Robin yang ia latih karena mereka semua memiliki kondisi yang sama yaitu sebagai yatim piatu. Hell , bahkan bisa kita bilang kalo alasan Batman put on the cape and cowl adalah karena peristiwa traumatis di masa kecilnya!

Selain itu, Batman DCEU adalah Batman yang sedikit nihilist. Nihilism adalah pandangan filsafat yang menganggap bahwa kehidupan tidak memiliki makna atau tujuan yang inheren. Hal ini bisa terlihat dari scene pas Batman nyeret Superman dari tanah dan bilang begini :
Batman : "I bet your parents taught you that you mean something. That you're here for a reason. My parents taught a different lesson. Dying in a gutter for no reason at all".
Tapi apakah kematian Robin sendiri cukup untuk ngebuat Batman menjadi lebih kejam? Hmm...ini menarik. Kalo temen-temen inget ada scene dimana Bruce ngomong ke Alfred kayak gini:
Bruce : "Twenty years in Gotham, Alfred. We've seen what promises are worth. How many good guys are left? how many stayed that way"

How many good guys are left? how many stayed that way? (berapa banyak orang baik yang tersisa? berapa banyak yang tetap baik?). Ini dialog yang menarik karena ada teori yang bilang kalo Robin sebenarnya engga mati tapi berubah jadi Joker. Yup Joker yang sama yang diperankan oleh Jared Leto. Entah bagaimana, Joker yang asli berhasil mencuci otak Robin sehingga Robin bertransformasi jadi Joker. Tapi gw ga mau ngebahas teori itu ditulisan ini. Mungkin ditulisan selanjutnya bakal gw bahas lebih dalam. Tapi apapun penyebabnya intinya kita setuju dulu bahwa karakter Batman yang ditawarkan oleh Zack Snyder merupakan Batman yang sudah jauh berpengalaman sebagai vigilante dan sudah mengalami suatu kejadian yang cukup traumatis sehingga membuat sifatnya menjadi berdarah dingin.

Kalo gitu, gimana kaitannya sifat Batman yang kejam dengan the infamous Martha scene? Ada satu dialog menarik dari Bruce tentang Superman :
Bruce : "..if he has the power to wipe out the entire human race and if we believe there's even one percent chance that he is our enemy we have to take it as absolute certainty"
Kalo temen-temen sadari, film-filmnya Zack Snyder selalu memiliki tema mengenai dinamika antara manusia dengan sosok yang dianggap tuhan/dewa (e.g. 300, Watchmen). Dalam Batman V Superman, sosok tuhan dimanifestasikan dalam diri Superman. Superman adalah alien dari planet Krypton yang memiliki super segalanya (kekuatan super, kecepatan super, penglihatan super, pendengaran super, etc). Ya bener-bener hampir godlike lah. Karena kekuatan yang dimiliki oleh Superman hampir setara dengan tuhan/dewa, maka artinya Superman kebal hukuman (above the law). Batman pernah bilang di film tersebut kalo Superman adalah makhluk yang kalo dia mau bisa ngancurin seluruh umat manusia dalam hitungan detik dan tidak ada satu hal pun yang bisa kita lakukan untuk menghentikannya. Pandangan ini dikenal dengan istilah Existential Risk.

Dalam Journal of Evolution and Technology, Vol.9 (2002) berjudul Existential Risks: Analyzing Human Extinction Scenarios and Related Hazards, Nick Bostrom dari fakultas filsafat di universitas Oxford menjelaskan bahwa terdapat enam macam risks atau resiko yang bisa mengancam manusia yaitu personal endurable risk, personal terminal risk, local endurable risk, local terminal risk, global endurable risk dan global terminal risk. Personal, local dan global merujuk pada seberapa banyak individu yang dapat merasakan dampak resiko, sedangkan terminal dan endurable merujuk pada intensitas suatu resiko. Dalam jurnal tersebut, Nick Bostrom mendefinisikan global terminal risk atau juga disebut existential risk sebagai tipe resiko (risk) yang memiliki hasil akhir musnahnya makhluk intelijen (manusia) di muka bumi atau yang dapat menghambat potensi hidup manusia secara drastis dan permanen. Existential risk calculus filsafat politik yang dibuat sebagai respon terhadap dikembangkannya teknologi senjata berbasis nuklir.
Terdapat empat macam existential risk yaitu :
  1. Bangs. Kondisi dimana semua makhluk hidup di muka bumi punah sebagai akibat dari suatu bencana yang disebabkan secara sengaja maupun tidak sengaja.
  2. Crunches. Kondisi dimana walaupun mungkin sedikit manusia bisa selamat dari suatu bencana namun kemungkinan untuk menjalani atau menata kembali kehidupan post-disaster sama sekali tidak ada.
  3. Shrieks. Kondisi dimana umat manusia masih memiliki kemungkinan untuk bisa membuat kehidupan baru post disaster namun tidak banyak yang bisa dilakukan karena sumber daya alam sudah hampir punah.
  4. Whimpers. Kemungkinan umat manusia kembali membentuk society post disaster namun yang akan sangat berbeda dari kehidupan sebelumnya yang mungkin lebih buruk (kayak film Mad Max fury road mungkin).
Existential risk adalah sesuatu yang harus dianggap serius karena berbeda dengan kelima tipe resiko yang lain, kita engga bisa melakukan trial and error untuk melihat solusi apa yang cocok untuk mengatasinya. Kita harus bisa mencegah sebelum terjadi karena kalo engga ya kita semua keburu modyar. Dalam jurnal tersebut Bostrom mengatakan bahwa walaupun kemungkinan terjadinya existential risk adalah kurang dari 1 persen, kita tetap harus melakukan apapun yang diperlukan untuk menghindari resiko tersebut.

" A preemptive strike on a sovereign nation is not a move to be taken lightly, but in the extreme case we have outlined - where a failure to act would with high probability lead to existential catastrophe - it is a responsibility that must not abrogated. Whatever moral prohibition there normally is against violating national sovereignty is overridden in this case by the necessity to prevent the destruction of humankind "

Konteks quoatasi di atas adalah Bostrom berbicara mengenai teknologi canggih yang memiliki potensi untuk menyebabkan existential risk. Umpamakan ada suatu undang-undang yang dibuat untuk meregulasi teknologi tersebut dan semua negara diwajibkan untuk menandatangani dan patuh terhadap undang-undang tersebut. Menurut Bostrom, jika ada satu saja negara yang tidak mau ikut serta, maka menurut Bostrom mengambil langkah apapun untuk mencegah negara tersebut menyalahgunakan teknologi canggih yang ada dapat dibenarkan, malah mungkin harus dilakukan. Disini Bostrom menggunakan istilah preemptive strike, artinya kita harus nyerang negara itu duluan. Menginvasi kalo perlu. Kenapa dibenarkan? karena resikonya adalah kepunahan umat manusia. Walaupun kemungkinan terjadinya cuma 1 persen loh!

Bagaimana dengan Superman? Wah nih orang apalagi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Superman adalah makhluk kebal hukum. Superman adalah sosok personifikasi dewa maha segala-galanya. Siapa coba yang bisa menghukum Superman?. Makanya di film tersebut, kongres Amerika pusing mikirin gimana caranya meregulasi absolute power yang dimiliki oleh satu individu. Dengan kata lain ya sebenarnya mereka takut. Pemimpin dunia takut, warga sipil takut, dan Batman takut.

Kalau menurut gw, takutnya Batman dan inisiatif dia untuk mengambil langkah pencegahan terhadap potensi punahnya umat manusia itu udah bener. Selain Batman adalah individu yang super jenius (siapa bilang Batman ga punya super power?), di atas udah dibahas tentang existential risk dimana kita harus mengambil langkah apapun untuk mencegah punahnya kehidupan di bumi. Nah yang jadi masalah disini adalah cara Batman dalam mengatasi resiko tersebut. Dalam komik Tower of Babel, walaupun Batman udah lama menjadi anggota Justice League, dia tidak naif. Batman tetap menganggap bahwa masing-masing anggota Justice League merupakan bom waktu berjalan yang sewaktu-waktu bisa meledak. Oleh karena itu, Batman mendesain suatu rencana kontingensi untuk menetralisir masing-masing anggota JL. Oke tolong perhatikan kata menetralisir yah. Batman di komik tersebut ga pernah berpikir untuk membunuh anggota JL, tapi cuma menetralisir, maksudnya membuat mereka ga bisa melawan.

Nah, kalo Bat-fleck (sebutan untuk Batman Ben Affleck) beda. Karena dipengaruhi oleh apapun trauma yang membuat dia menjadi lebih sinis dan brutal, ditambah dengan adanya sosok dewa yang memiliki potensi untuk memusnahkan kehidupan, maka menurut dia cara yang efektif dan moral untuk mencegah hal tersebut adalah dengan membunuh Superman. Seperti yang udah gw bilang, existential risk calculus dibuat sebagai respon terhadap senjata nuklir. See what i mean? dalam hal ini Bat-fleck tidak menaggap Superman sebagai individu yang memiliki kesadaran, kebebasan maupun emosi tapi sebagai tidak lebih dari senjata nuklir berjalan. Dengan kata lain, Bat-fleck melihat Superman sebagai senjata yang berisiko dan harus dimusnahkan walaupun kemungkinan Superman bisa menyebabkan kepunahan manusia cuma 1 persen.

Oke sekarang kita pindah ke Martha scene. Setelah Bat-fleck dengan uangnya yang banyak berhasil melumpukan Superman (afterall, Superman takut sama benda yang berwarna ijo wkwkwk..), Batman udah siap dengan kryptonite spearnya untuk mencabut nyawa Superman. Mari kita lihat dialog yang terjadi
Superman : "You're letting him kill Martha"
Batman : "What does that mean? why did u say that name?" (kebingungan)
Superman : "Find him, save Marthaaaaaaaaaaa"
(Flashback)                            
Batman : (Dengan nada marah) "why did u say that name!!"
Lois Lane : "It's his mother's name"

Setelah kita memahami motif yang mendasari perilaku Batman, maka Martha scene sudah menjadi jelas. Seperti yang sudah gw bilang di awal, Batman tidak melihat Superman sebagai individu melainkan sebagai bom nuklir berjalan yang sewaktu-waktu dapat meledak dan tidak ada satu hal pun yang bisa dia lakukan untuk mencegahnya. Tapi perhatikan, tetap pada momen dimana Batman hendak mencabut nyawa Superman, Superman menyebut nama yang tidak asing ditelinga Batman. Martha. Nama ibu Bruce Wayne dan Clark Kent. Menurut penonton hal ini terlihat aneh. Mosok cuma nyebut nama nyokap bisa tiba-tiba langsung temenan. Tapi coba perhatikan, saat Superman menyebut nama Martha apa respon pertama Batman? Batman nanya dengan nada marah "apa maksudnya lo nyebut-nyebut nama nyokap gw!". Bahkan ada flashback tentang malam dimana orangtua Bruce Wayne dibunuh. Saat itu, Batman menganggap kalo Superman sedang mempermainkan dirinya, mencari celah kelemahan untuk dimanfaatkan. Tapi disaat Lois Lane bilang kalo Martha adalah nama ibunya Superman, nah disaat itu Batman seakan tersadar kalau Superman bukanlah senjata pemusnah masal melainkan sama seperti dirinya, manusia. Batman tidak menduga bahwa alien dari planet lain punya ibu seorang manusia dan sangat mencintai ibunya. Dari mana Batman tahu kalo Superman sayang ibunya? Dari fakta bahwa Superman meminta Batman, orang yang hendak membunuh dirinya, untuk menyelamatkan nyokapnya! Coba bayangkan berada diposisinya Superman. Lu minta orang yang akan membunuh lu untuk menyelamatkan ibu lu. ABSURD TINGKAT DEWA! Ya tapi itulah Superman, dia lebih sayang ibu nya dibanding diri nya sendiri. Yang penting ibu nya selamat, apapun yang terjadi sama diri nya ya terjadilah. Nah temen-temen, disinilah saat Batman tersadar bahwa makhluk super kuat yang lebih menyayangi ibu nya dibanding diri nya sendiri ga mungkin bisa jadi senjata pemusnah masal. Ini momen yang penting dimana Batman menyadari dirinya salah tentang Superman. Batman tersadar bahwa Superman ternyata lebih manusia dibanding dirinya.

Lebih dari itu, saat Superman menyebut nama Martha, Batman mengalami flashback tentang kematian orangtua nya. Dia teringat dirinya saat masih kecil yang powerless, helpless dan tidak mampu melakukan apa-apa untuk menyelamatkan orangtua nya. Saat melihat Superman yang sudah tidak bisa melawan, Batman teringat akan dirinya yang pernah di posisi yang sama, lemah dan tak berdaya. Pada posisi ini, Batman seakan tersadar bahwa dirinya mendapat kesempatan kedua dari alam semesta. Ia mungkin ga bisa menyelamatkan orangtua nya, tapi kali ini dia akan melakukan apapun untuk menyelamatkan nyawa ibu nya Superman. Perasaan tidak berdaya adalah perasaan yang ia rasakan saat memutuskan untuk mengakhiri nyawa Superman, dan ironisnya perasaan ini juga lah yang ia rasakan saat memutuskan untuk menyelamatkan nyawa Superman dan ibu nya.

Jadi kesimpulan yang bisa gw tarik adalah sebenarnya sih film Batman v Superman bukan tentang Batman berantem sama Superman, tapi tentang Batman's redemption. Batman yang sinis, hopeless, kejam dan brutal seakan menemukan kembali jalan yang lurus. Hal ini bisa dilihat dari perilakunya yang tadinya mem-branding kriminal sudah engga dia lakukan lagi. Batman sedikit demi sedikit kembali ke prinsip awalnya untuk tidak mencabut nyawa manusia. Batman akhirnya memiliki character development menjadi lebih baik di akhir film, dan inilah yang membua gw tadinya kecewa sama nih film jadi sadar kalo nih film sebenarnya bagus.

Tapi terlepas dari itu semua, gw ga bilang kalo film ini sempurna. Harus diakui juga kalo plot cerita yang kurang terstruktur agak membuat film ini menjadi minus. Zack Snyder juga kurang mampu untuk meng-evoke emosi terhadap karakter-karakternya. Siapa coba yang sedih pas Superman mati dibunuh Doomsday? Ga ada! Karena kita tahu kalo bakal ada film Justice League dan Superman ga mungkin ga muncul di Justice League wkwkwk. Tapi ini menurut gw bukan salah Zack Snyder sepenuhnya. Udah gw bilang the real villain is Warner Boros, terlalu memaksakan untuk ngejar Marvel. Harusnya sih ya satu per satu karakter diperkenalkan dulu supaya audiens punya ikatan emosi sama masing-masing karakter. Menurut gw Patty Jenkins sudah berhasil melakukan ini dengan Wonder Woman.

Well, terlepas dari segala kekurangannya, gw harap tulisan gw bisa sedikit memberi perspektif baru bagi temen-temen dalam melihat film ini dan sukur-sukur kalo bisa menyelamatkan film ini dari rating yang anjlok. Apapun itu, menurut gw film ini tetep film yang bagus, layak di tonton dan buat gw tetep salah satu film terbagus di DCEU. Walaupun start yang dimulai kurang bagus (i am talking to you Suicide Squad!), tapi gw sangat optimis dengan masa depan DCEU. DCEU memiliki segudang karakter dan cerita yang ikonik dan dalam yang sangat layak untuk diangakat ke layar lebar.

Referensi :

Bostrom, N. 2002. Existential Risks: Analyzing Human Extinction Scenarios and Related Hazards. Oxford : Journal of Evaluation and Technology. Vol. 9.






No comments:

Post a Comment

Assassins Creed : Kekeliruan Kredo Assassin

Baru aja beberapa bulan lalu namatin Assassins Creed Origins, eh Assassins Creed Oddysey udah keluar aje.Emang begitu nasib maen bajak...